Senin, 14 Januari 2013

ALEX GOOT

ALEX GOOT



This time, I'm gonna talk about my "new" favorite YouTuber (Youtube talent). His name is Alex Goot a.k.a Alexander George Gut.
Alex Goot was born on March 15  1988 in Rochester, Minnesota. Origin from Poughkeepsie, New York. Alex launced his Youtube channel  gootmusic on September 13 2007. Alex was covered some videos or songs by his own ways.
Instruments used by Alex Goot: piano, guitar, electric guitar bass, drum, keyboard, and many more.


Until this time, Alex has some albums and original songs and lots of awesome covers. His newest album " In Your Atmosphere " released on June, 2011. Here's some of Alex's covers and own songs:
 

EPs:

  • 2007: "Asleep At The Wheel" (released under the artist name "Goot")
  • 2008: "Progress - EP" (released under the artist name "Goot")
  • 2009: "Take Cover" (released under the artist name "Goot")
  • 2009: "Read My Mind" (released under the artist name "Goot")
  • 2010: "Sensitivity EP"

Singles

  • 2009: "Welcome To The World" (released under the artist name "Goot")
  • 2010: "Teenage Dream"
  • 2010: "2012"
  • 2010: "Love Song"
  • 2010: "Firework"
  • 2010: "Breathless"
  • 2010: "Grenade"
  • 2010: "Next Christmas Eve"
  • 2010: "Please Don't Go"
  • 2011: "Wonderwall"
  • 2011: "Pretty Eyes"
  • 2011: "Sensitivity"
  • 2011: "Let It Be" (ft. AJ Rafael)
  • 2011: "Save Tonight" (ft. Chad Sugg)
  • 2011: "Next To You" (ft. Luke Conard and Tifanny Alvord)
  • 2011: "We Could Love"
  • 2011: "Good Life" (ft. Megan Nicole)
  • 2011: "Lighters" (ft. Luke Conard and Chad Sugg)
  • 2011: "Someone Like You" (ft. Luke Conard and Chad Sugg)
  • 2011: "Closing Time" (ft. Chad Sugg)
  • 2011: "How To Save A Life" (ft. Kurt Hugo Schneider)
  • 2012: "What Makes You Beautiful" (ft. Wellington and Dave Days)
  • 2012: "Drops Of Jupiter" (ft. Kurt Hugo Schneider)
  • 2012: "Diamonds" (ft. Julia Sheer and Chad Sugg)
  • 2012: "Safe And Sound" (ft. Luke Conard and Chad Sugg)
  • 2012: "Call Me Maybe" (ft. Dave Days and Chad Sugg)
  • 2012: "We Are Young" (ft. Luke Conard and Tifanny Alvord)
  • 2012: "Payphone" (ft. Eppic)
  • 2012: "The Real You"
  • 2012: "Lightning"
  • 2012: "Wide Awake"
  • 2012: "Good Time" (ft. Against The Current)
  • 2012: "Bright Lights (Fly)"
  • 2012: "Not Over You" (ft. Against The Current)
  • 2012: "One More Night" (ft. Chrissy Costanza, Julia Sheer, Luke Conard, Chad Sugg, Ingrid and Corey Gray)
  • 2012: "Catch My Breath" (ft. Against The Current)
  • 2012: "I Knew You Were Trouble"

Filmography

2010

2011

2012

2013

According to a source, Alex has 6 Album. Here they are:

  • 158 (Released July 6 2006)
  • Arrange Noise (Released August 9 2008)
  • Songs I Wish I Wrote (Released September 2010)
  • Songs I Wish I Wrote Vol: 2 (Released February 2 2011)
  • Songs I Wish I Wrote Vol 3 (Released November 2011)
  • In Your Atmosphere (Released June 12 2011)

Here is the official Alex Goot's website:
gootmusic

Alex Goot's official Twitter
Alex Goot's YouTube channel
Alex's Facebook page


I love his cover videos and waiting for his new cover videos or his own song. That is all I can share about Alex Goot, hope you guys enjoy this post :D
Bye, Bye~ 

Source: 
Alex Goot on Wikipedia
About Alex Goot
www.youtube.com

Minggu, 15 Januari 2012

Testimoni~

Pada perkuliahan di semester ketiga saya ini, saya awalnya merasa deg-degan karena mendengar selentingan kabar bahwa perjuangan baru akan dimulai ketika memasuki semester tiga ini. Tetapi kemudian, setelah saya dan teman-teman memilih mata kuliah Kreativitas sebagai salah satu mata kuliah yang akan diambil di semester tiga, terdapat suasana baru yang setidaknya mampu memberikan kebebasan kepada kami untuk belajar dengan cara yang berbeda, materi yang sama sekali masih asing di telinga saya, dan tentu saja penugasan di mata kuliah ini pun sangat berbeda jika dibandingkan dengan perkuliahan lainnya.
Banyak sekali manfaat dan kesan yang saya rasakan selama mengikuti mata kuliah Kreativitas ini, dimana kita semua diberikan kebebasan namun tetap bertanggung jawab, perkembangan kami diperhatikan, serta kami mampu menjadi lebih dekat satu sama lain. Mungkin juga ini dikarenakan mahasiswa pada perkuliahan ini tidak banyak :D
Menurut saya, apa yang diberikan di kelas selama perkuliahan di semester ini cukup menarik, lain daripada yang biasanya. Penugasan juga tidak bersifat membosankan, ujian yang diadakan juga tidak begitu memberatkan kami. Selain itu, ibu Dina sebagai dosen pembimbing kami mengetahui apa yang kami rasakan, apa yang bisa membuat kemampuan kami berkembang, bagaimana ibu membuat kami merasa senang berada di kelas, dan banyak hal-hal lain lagi yang ibu berikan kepada kami.
Terima kasih kepada ibu yang telah membimbing kami selama satu semester ini. Selama satu semester ini mungkin kami ada membuat kenakalan-kenakalan yang membuat ibu kesal, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya :)

Kamis, 15 Desember 2011

It's All About Money, Money, Money~


Uang? Uang? Uang?

Uang  memiliki fungsi dasar, yaitu sebagai alat pembayaran yang sah. Uang digunakan sebagai alat pembayaran ketika barter tak lagi dipergunakan :D
Uang mungkin bukan segalanya buat kita, tapi uang punya makna tertentu di dalam hidup kita. Setiap orang memiliki impian masing-masing ketika diberikan uang, setiap orang memiliki keinginan tersendiri untuk memanfaatkan fungsi uang tersebut.
Fungsi uang menurut saya:
  1. Dengan uang, saya bisa berbuat lebih terhadap orang-orang yang kurang mampu, misalnya dengan membantu para pengemis jalanan dengan membuat tempat penampungan untuk mereka agar mereka tidak perlu lagi tinggal di bawah kolong jembatan, tertidur di depan toko-toko dengan beralaskan kardus bekas, dan tidak perlu lagi kehujanan sambil menjajakan barang jualan mereka.
  2. Dengan uang yang memadai, saya ingin mendirikan sebuah sekolah yang ditargetkan kepada orang-orang yang tidak mampu membiayai sekolahnya. Sekarang ini, yang sangat diperlukan adalah pendidikan. Jika anak tidak mendapat pendidikan yang layak, maka ke depannya si anak akan tidak punya masa depan. Setidaknya anak mampu terbuka pemikirannya apabila diberikan pendidikan yang layak.
  3. Saya ingin mempergunakan uang untuk membangun tempat perawatan seperti rumah sakit untuk orang-orang yang tidak mampu, agar mereka tidak takut berobat hanya karena keterbatasan biaya.
  4. Saya ingin berkeliling dunia bersama sahabat-sahabat saya, dan trip pertama adalah ke Maldive, kemudian ke Jepang, Yunani, Rusia, Prancis, Korea, dan tentunya keliling Indonesia juga.
  5. Dengan uang, saya bisa membiayai diri saya dan keluarga untuk pergi menunaikan ibadah haji. Amiiin :D
  6. Dengan uang, saya bisa membeli komik sepuasnya, kemudian membangun sebuah perpustakaan yang isinya komik semua, mulai dari komik-komik jaman dahulu sampai komik yang terbaru.
  7. Dengan uang, saya bisa membeli gadget-gadget terbaru yang bermanfaat bagi diri saya, dan memaksimalkan fungsinya dengan baik.
  8. Dengan uang, kita bisa shopping, membeli barang-barang yang kita butuhkan (terutama bagi wanita) seperti baju, sepatu, alat make-up, tas, gaun, dan sebagainya, sehingga bisa menunjang penampilan menjadi lebih menarik :D
  9. Dengan uang, bisa membeli rumah idaman yang nyaman buat kita. Rumah tersebut bisa kita rancang sesuai dengan keinginan kita. Misalnya membangun sebuah villa di tengah-tengah pulau yang kita beli.
  10. Saya ingin mempergunakan uang untuk membangun usaha, seperti membuka restoran atau butik :D
  11. Dengan uang, maka saya bisa menggelar resepsi pernikahan yang mewah.
Demikian kegunaan uang menurut saya, dan setiap orang bisa saja memiliki pendapat yang sama dengan saya, atau bisa juga berbeda. Selain itu, adanya uang juga bisa berdampak negatif bagi kita. Uang dapat membuat orang berambisi. Tetapi ketika ambisi orang tersebut akan uang tidak bisa tercapai, maka akan jadi pusing sendiri, kalau bahasa gaulnya ”gila karena uang” -_-


Dan yang terakhir, uang tidak bisa membeli kebahagiaan seseorang, tetapi mungkin bisa menjadi salah satu sumber kebahagiaan :D

Rabu, 14 Desember 2011

Kendala Pengembangan Kreativitas dalam Performance Kelompok

Anggota Kelompok:
Nadya Putri Delwis (10-024)
Chairunnisa (10-059)
Yani Nadiawati S. (10-125)


Kendala kreativitas yang dirasakan dalam performance kelompok:
Menurut kami, yang menjadi sumber kendala dalam penampilan kelompok:
  1. Kendala Psikologis
Di dalam proses pengerjaan tugas performance ini, kecenderungan anggota kelompok untuk bekerja didasarkan pada mood. Jika sudah mencapai mood yang positif, maka kegiatan dapat dengan lancar dilaksanakan, jika mood berada dalam kondisi yang kurang baik, maka cenderung tidak mau melanjutkan kegiatan pengerjaan tugas. Masalahnya, untuk membangun mood positif itu sangat sulit. Bisa saja pada awalnya kelompok sudah sepakat untuk mengerjakan pada hari ini, ternyata karena suatu hal, misalnya ada hal yang dapat membuat mood menjadi kurang baik, maka pengerjaan tugas akan ditunda, dan begitu seterusnya.

  1. Kendala diri sendiri
Kendala dari diri sendiri merupakan faktor internal yang biasanya memang sangat mempengaruhi pengembangan kreativitas anak. Jika dilihat dari sisi ini, maka yang dapat kami temukan adalah bahwa masalah yang dihadapi seperti terbatasnya usaha, ada pemikiran tentang harapan dari orang lain, kemalasan mental, dan juga takut untuk dikritik, diejek, atau dicemooh, serta takut mendapatkan evaluasi negatif.

Kendala Dalam Pengembangan Kreativitas


Kendala yang menghambat kreativitas:

Pada perkuliahan Kreativitas yang dilaksanakan hari Jumat, 09 Desember 2011, kami membahas mengenai faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala pengembangan kreativitas. Kendala pengembangan kreativitas tersebut bisa berupa: kendala historis, kendala biologis, kendala fisiologis, kendala sosiologis, kendala psikologis, dan kendala diri sendiri.
Dari saya pribadi, kendala utama yang menjadi penghambat kreativitas adalah bahwa penghambat kreativitas berasal dari diri sendiri. Dalam hal ini, dikarenakan masih suka bermalas-malasan, menunda-nunda pekerjaan yang seharusnya bisa dikerjakan, sehingga saya menjuluki diri sendiri sebagai “The Queen of Procrastination” -_-
Selain itu, faktor mood juga sangat mempengaruhi. Mood mungkin masuk ke dalam faktor psikologis yang menghambat kreativitas. Ketika saya merasa bahwa saya tidak mood untuk mengerjakan sesuatu, maka saya cenderung berdiam diri, tidak melakukan aktivitas apa-apa.

Kamis, 24 November 2011

Review Journal


Jurnal Lokal
Judul               : “Penerapan Prinsip-prinsip Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam Meningkatkan Keefektifan Proses Pembelajaran IPA di SD di Kota Tegal”
Pengarang      : PVM. Sunaryo
Tahun              : 1999
Sumber           : http://lppm.ut.ac.id/jp/21sunaryo.htm

Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam pembelajaran IPA memiliki peranan yang sangat strategis dalam membangun keaktifan dari siswa agar terlibat dalam aktivitas belajar mengajar. Menurut Eggen & Kauchak (1998), siswa belajar secara efektif bila siswa secara aktif terlibat dalam pengorganisasian dan penemuan pertalian-pertalian (relationships) dalam informasi yang dihadapi.
Kedua ahli tersebut menjelaskan bahwa terdapat enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu: (1) siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui kegiatan mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan dan perbedaan, selain itu siswa mampu membentuk konsep berdasarkan kesamaan dan perbedaan yang ditemukan, (2) guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran, (3) aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian, (4) guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi, (5) orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta (6) guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.
            Penerapan prinsip CBSA yang baik dan benar dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak dan membantu anak memahami materi IPA yang diberikan.
Penelitian dilakukan pada tanggal 21 April – 8 Mei 1999 di Kotamadya Tegal dengan melibatkan 51 guru kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar. Data dikumpulkan melalui observasi dengan menggunakan instrumen "Lembar Observasi". Data diolah dengan menggunakan analisis deskriptif (Hadi, S. 1970). Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah memang terbukti CBSA mampu membantu keefektifan siswa dalam belajar sains, namun dalam penerapannya masih terdapat kekurangan, antara lain: guru/pengajar masih tetap mendominasi, terbatasnya alat peraga, dan juga guru/pengajar lah yang membuat kesimpulan sehingga siswa hanya tinggal meniru.
Berdasarkan buku ”Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat” oleh Utami Munandar dan merujuk pada bab 7, dapat dikatakan bahwa kebanyakan siswa yang berbakat menyukai pelajaran sains, dalam hal ini IPA, karena bagi mereka sains memiliki tantangan.
Sebaiknya, perlu diperhatikan bahwa peran guru sebagai fasilitator pada pembelajaran sains ini menurut Renzulli yang didasari dari Sisk, 1987 adalah sebagai berikut:
  1. mengakses minat siswa
  2. memperkenalkan kepada siswa berbagai bidang minat
  3. melakukan wawancara pribadi terhadap siswa
  4. mengembangkan rencana tertulis
  5. menentukan arah dan waktu siswa berbakat
  6. membantu siswa dalam mencari bermacam-macam sumber
  7. melakukan sumbang saran terhadap produk akhir
  8. memberi bantuan dalam metodologi yang perlu
  9. membantu siswa berbakat dalam menemukan pendengar untuk presentasi siswa
  10. menilai hasil studi bersama siswa berbakat dan mempertimbangkan bidang yang diteliti.
Selain itu, ada hal yang perlu diperhatikan bahwa bagaimana mendorong anak-anak tersebut untuk bekerja sesuai dengan tingkat kemampuannya.


 
Jurnal Internasional
Judul               : “Connecting the GPE and APE Curricula for Students with Mild and Moderate Disabilities”
Pengarang      : Luke E. Kelly
Tahun              : 2011
Sumber           : ProQuest Research Library

 
Pembahasan jurnal ini adalah tentang seorang anak perempuan bernama Laura, berusia 10 tahun yang memiliki skor IQ < 60. Oleh orangtuanya, Laura dimasukkan ke dalam General Physical Education (GPE) selama empat tahun terakhir. Laura memiliki masalah dalam motoriknya, sehingga terdapat kesulitan apabila ia harus dihadapkan pada olahraga yang menuntut kecepatan motoriknya. Pengajar jasmaninya, Ms. Badger khawatir Laura akan terluka, meskipun beliau mengatakan bahwa Laura menyukai olahraga. Tantangan di sini adalah untuk menyesuaikan kurikulum GPE untuk mengatasi kebutuhan siswa penyandang cacat.
            Dalam piramida kurikulum GPE, pertama kali dipelajari adalah bagaimana manajeman tubuh dan keterampilan gerakan motorik, kemudian dikombinasikan dalam untuk belajar dalam kegiatan permainan olahraga. Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa sementara siswa penyandang cacat intelektual, seperti Laura, umumnya tertunda dalam kebugaran dan keterampilan motor-pembangunan, mereka dapat belajar dan menguasai keterampilan motorik dasar seperti berlari, menendang, dan melempar (Brace, 1968; Corder, 1966 ; Eichstaedt, Wang, Polacek, & Dohrmann, 1991; Malpass, 1960; Rarick, Dobbins, & Anak panah, 1976; Sugden, & Keogh, 1990). Banyak siswa penyandang cacat memasuki tahapan perkembangan kurikulum GPE belakang dan belajar pada tingkat lebih lambat. Dalam kasus Laura, ia mengalami keterlambatan dalam proses awalnya, sehingga ia tidak mengalami peningkatan, tidak menguasai salah satu keterampilan, dan pasti mengalami jatuh di setiap tahunnya. Idealnya, keputusan pemrograman kurikuler bagi siswa penyandang cacat harus dibuat oleh APE dan guru bekerja secara kolaboratif GPE.
            Berdasarkan buku ”Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat” oleh Utami Munandar dan merujuk pada bab 7, adanya pelaksanaan kurikulum 1994 yang menunjang pendiferensiasi kurikulum untuk para siswa berbakat melalui pilihan dan metode dan cara pembelajaran yang dapat ditentukan sendiri oleh guru/sekolah dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Dalam hal ini, terdapat kurikulum GPE yang berupaya membantu anak-anak yang memiliki disability dalam hal ini, adalah bidang gerak (motorik) atau fisikal.
Kurikulum berdiferensiasi bertujuan memberikan pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan juga dengan kemampuan intelektual siswa. Tujuan adanya kurikulum berdiferensiasi ini adalah untuk menimbulkan tantangan, kepuasan, dan menggerakkan siswa secara aktif dan tidak merasa bosan, sehingga dengan begitu, akan menghindari anak-anak underachiever untuk putus sekolah. Dalam kasus Laura, guru perlu memberikan kontribusi yang lebih besar lagi dalam upaya membantu Laura perlahan-lahan mampu meningkatkan kemampuan gerakan motoriknya.

Jika dibandingkan referensi yang diuraikan diatas, dapat dilihat bahwa pada buku ”Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat” (terutama pada bab 7), lebih berfokus pada pengembangan kurikulum berdiferensiasi untuk siswa berbakat. Jadi, disini ditekankan bahwa untuk melayani kebutuhan pendidikan anak berbakat perlu diusahakan pendidikan yang berdiferensiasi, yang berarti adalah memberikan pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan intelektual dan juga minat siswa. Kemudian, hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa keberbakatan tidak akan muncul apabila kegiatan terlalu mudah dan tidak mengandung tantangan bagi anak berbakat sehingga kemampuan mereka yang unggul tidak akan tampil (Stanley, dikutip Utami Munandar, 1992).
            Pada jurnal pertama (lokal), menekankan pada cara pendekatan belajar aktif, yang juga merupakan salah satu strategi modifikasi  pembelajaran anak berbakat, dimana terdapat modifikasi lingkungan belajar, yang dapat memungkinkan semua siswa merasa bebas untuk belajar dan dapat belajar dengan caranya sendiri. Namun dalam hal ini, siswa dituntut untuk aktif dan juga ditantang untuk berpikir kritis untuk dapat menjawab pertanyaannya sendiri. Pada bidang sains, cara belajar aktif membuat siswa mampu mempelajari konsep dengan lebih mudah.
Sementara jika dilihat dari jurnal internasional, Laura tergolong dalam anak berbakat yang ”underachiever”. Kita harus menghargai potensi atau bibit unggul dan dikembangkan menjadi prestasi yang luar biasa. Anak dengan potensi yang luar biasa merupakan sumber daya yang berkualitas. Oleh karena itu, orangtua Laura memasukkan Laura pada sekolah yang memiliki kurikulum GPE (General Physical Education), yang memiliki program untuk melatih gerakan motorik anak-anak yang memiliki disability pada bagian motorik, seperti yang dialami Laura. Jadi pada intinya, kurikulum GPE tersebut merupakan bentuk kurikulum diferensiasi, dimana pengolahan kurikulum tersebut adalah mengenai bagaimana mengajarkan anak-anak underachiever dan dipercaya dapat mengembangkan kemampuan motorik anak underachiever secara perlahan-lahan dan bertahap, karena kurikulum GPE tersebut merupakan kurikulum yang dibuat untuk anak-anak penyandang cacat.